Kamis, 30 April 2009

Ketupat Ketheg, Makanan Khas dari Kampung Giri

Lebih Gurih karena Dimasak dengan Air Sumur Minyak
Warga Kampung Giri, Kecamatan Kebomas, punya ketupat khas. Tidak seperti ketupat yang biasa disajikan dalam suasana Lebaran, ketupat Giri boleh dibilang istimewa, baik cara memasak maupun rasanya. Seperti apa kekhasannya?
CHUSNUL CAHYADI, Gresik
Sepintas, ketupat buatan warga Kampung Giri ini mirip dengan ketupat lain, dibungkus anyaman daun janur. Tetapi, kalau diteliti, akan ditemui banyak perbedaan. Ketupat Kampung Giri ini lebih gurih dan lengket ditangan. Warnanya pun beda, bukan putih, melainkan kehijauan. Bahan ketupat bukan beras, melainkan campuran beras dan ketan.
Yang membedakan, air untuk memasak ketupat ini bukan air yang lazim untuk memasak. Ketupat umumnya dimasak dengan air sumur, PDAM, atau air isi ulang. Namun, ketupat dari Kampung Giri dimasak dengan air sumur yang mengandung minyak. Warga setempat biasa menyebut lanthung karena warnanya kehitaman.
Di Kampung Giri, hanya ada empat sumur. Semuanya berada di Desa Sekarkurung, Kecamatan Kebomas. Airnya sedikit keruh karena memang bercampur dengan minyak. “Karena itulah, kami menamakan ketupat di sini ketupat ketheg. Airnya bercampur minyak,” kata Muhlas Yusli Saputra, pemuda Desa Giri.
Menurut dia, sumur ketheg ada sejak zaman Belanda dan waktu itu digunakan untuk kegiatan eksploitasi minyak. Setelah merdeka, sumur tersebut dikuasai warga secara turun-menurun. “Warga masih mengambil minyak mentah di dalam sumur untuk kebutuhan sendiri. Salah satunya digunakan untuk merendam dan memasak ketupat ketheg,” jelas Muhlas.
Muhlas menambahkan, meski air untuk memasak terdapat campuran lanthung, dia mengaku belum pernah mendengar ada warga yang keracunan gara-gara makan ketupat ketheg. Juga, belum ada informasi orang sakit karena makan ketupat khas ini. “Yang ada justru banyak warga luar Giri yang datang ke sini untuk mencicipi,” jelas dia.
Fatimah, warga Desa Sekarkurung, menyebutkan, proses membuat ketupat ketheg tidak ubahnya membuat ketupat biasa. Sebelumnya, harus disiapkan anyaman janur berbentuk ketupat yang kemudian direndam di dalam air sumur ketheg.
Sementara, isi ketupat adonannya seperti biasa. Beras atau beras ketan dicuci dengan air sumur ketheg hingga beberapa kali. “Setelah selesai, air dibuang. Kemudian, beras ketan dimasukkan ke dalam bungkusan ketupat yang sudah ditiriskan. Selesai membungkus, ketupat siap dimasak dalam air ketheg hingga enam jam,”kata dia.
Setelah masak, ketupat ditiriskan dan digantung untuk diangin-anginkan agar isinya keset atau tidak lembek. Karena dicuci, direndam, dan direbus dengan air sumur ketheg, wujud ketupat ketheg tidak sebersih ketupat biasa. Warnanya kecokelat-cokelatan mirip warna air lanthung di dalam sumur.
Soal rasanya, Imam Suyitno, warga Surabaya, yang memiliki saudara di Sekarkurung, mengatakan jauh lebih enak daripada ketupat biasa. “Enak, baunya khas agak wangi. Rasanya juga gurih seperti ada campuran rempah-rempahnya,” kata dia.
Menurut Imam, dimakan langsung pun rasa ketupat ketheg sangat enak. Apalagi, dimakan dengan sayur lodeh dan opor ayam serta sambal goreng ati. “Silakan coba, saya saja habis dua bungkus,” tutur Imam menawarkan. Ketupat ketheg ini tidak hanya jadi suguhan Lebaran. Namun, di hari biasa juga bisa ditemui di lokasi Wisata Religi Sunan Giri. (*)
Radar Gresik

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates