Sabtu, 02 Mei 2009

Lelang Bandeng, Tradisi Malam Songolikuran Ramadan di Gresik

Bandeng Petambak Langka, Diganti Bandeng Kawak Pedagang
Prosesi lelang bandeng Gresik berlangsung meriah tadi malam. Tradisi tahunan setiap malam songolikuran (malam 29) Ramadan itu terus dipertahankan.
CHUSNUL CAHYADI, Gresik
BANDENG Mengare, sebuah pulau di Kabupaten Gresik, masih terkenal kelezatannya. Rasanya gurih dan tidak bau tanah. Bandeng Mangare dari Kecamatan Bungah dikenal luas hingga ke luar daerah.
Pulau Mangare terdiri atas tiga desa, yakni Tanjungwidoro, Kramat, dan Watuagung. Hampir 100 persen warganya petani bandeng dan udang windu. Kali terakhir, petambak Mengare turut meramaikan lelang bandeng 2003 lalu. Dia adalah H Sirajudin Munir, 43.
Waktu itu, pria asal Desa Tanjungwidoro, Kecamatan Bungah, tersebut membawa dua ekor bandeng masing-masing seberat 8,6 dan 7 kilogram. Bandeng itu hasil penangkaran 7 hingga 8 tahun. Dua bandeng tersebut laku dengan harga melangit, yaitu Rp 15 juta dan Rp 9 juta. Lelang bandeng pun begitu semarak bagi para petani tambak.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu, lelang bandeng seperti hanya jadi rutinitas tahunan. Dalam tigatahun belakangan, mulai 2004, bandeng kawak yang dilelang bukan milik petambak, melainkan pedagang ikan.
Itu terlihat pada lelang bandeng pada 2005 dan 2006. Sebagian bandeng yang dilelang bahkan tidak diketahuimilik siapa. Akibatnya, harga bandeng kawak pun anjlok.
Kondisi itu, rupanya, masih berlangsung hingga sekarang. Tahun ini, lelang bandeng digelar di depan Pertokoan Multisarana Plaza Jl Gubernur Suryo. Ada dua bandeng kawak yang menjadi primadona.
Yakni, bandeng seberat 12,86 kilogram dan 7,86 kilogram. Kedua bandeng kawak itu, kata panitia lelang, juga milik pedagang ikan, bukan petani tambak.
Kepala Bagian Humas Pemkab Gresik Mighfar Syukur mengatakan, tradisi pasar dan lelang bandeng itu mulai ada saat Kanjeng Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin), salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang makamnya di bukit Giri Jl Sunan Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik.
Setiap bulan puasa, terang Mighfar, banyak santri yang datang ke Giri Kedaton untuk belajar ilmu agama. Ketika menjelang Idul Fitri, sebelum pulang ke daerah, para santri menyempatkan diri berbelanja oleh-oleh.
Tradisi itu terus menyebar sehingga para pedagang bandeng dari luar daerah banyak mengadu nasib menjual bandeng di Gresik menjelang Idul Fitri. Tradisi tersebut terus berlanjut sampai sekarang.
Budayawan Gresik Umar Zainuddin punya gagasan lebih besar. Menurut dia, lelang bandeng bisa menjadi wadah para pengusaha kecil Gresik untuk memasarkan hasil karyanya kepada masyarakat. Harapannya, mereka bisa mendapatkan rezeki pasar bandeng itu. Tradisi lelang bandeng tersebut juga bisa menjadi sarana memperkenalkan wisata.
Pada even tahunan itu, bisa disuguhkan aneka makanan dan kerajinan, ciri khas Gresik. Karena itulah, Umar Zainuddin bersama sejumlah budayawan Gresik lain sedang menggagas pasar jajan khas Gresik. “Budayawan dan pengusaha sudah menyatakan siap membiayai even ini,” tandasnya. Rencananya, pasar jajan khas Gresik itu dihelat di Kampung Kemasan, Jl Nyai Ageng Arem, Gresik. (*)
Radar Gresik.

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates