Minggu, 03 Mei 2009

Perayaan Tradisi Sedekah Bumi ala Dusun Betiring, Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme

Arak Ancak dan Pusaka sebagai Lambang Syukur
Masyarakat Dusun Betiring, Desa Banjarsari, Kecamatan Cerme, punya cara unik untuk mensyukuri rezeki dari bumi tempat mereka tinggal. Mereka mengadakan sedekah bumi. Tradisi itu dilakukan dengan berbagai acara khas.
SISWOKO, Gresik
Sabtu (8/12) pagi, bertepatan dengan 27 Dzulkaidah atau Selo (Jawa, Red), 480 ancak (tandu kayu) berjajar di Balai Dusun Betiring. Jumlah ancak itu sekaligus mewakili total kepala keluarga dusun yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Kota Gresik tersebut. Isinya berbagai makanan, mulai buah hingga jajanan yang dilengkapi hiasan.
Setiap ancak selalu dihiasi rengginang (sejenis kerupuk) sepanjang sekitar 1 meter. Bentuknya dibuat menyerupai tanduk kerbau dan diletakkan di pojok ancak. Sebagai tempat makanan, ancak itu tergolong sangat besar sehingga perlu diusung beberapa orang ke tempat upacara.
“Ada pula yang harus diangkut dengan mobil,” kata Toyibin, ketua panitia sedekah bumi. Setiap ancak menghabiskan biaya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Beberapa warga bahkan rela merogoh kantong hingga Rp 1 juta untuk membuatnya. “Bukan untuk jorjoran atau pamer. Itu lebih bermakna syukur agar rezeki melimpah,” tambahnya.
Sebelum puncak acara Sabtu pagi, Ki Priambodo, 65, sesepuh sekaligus kepala dusun setempat, menabuh bendhe pusaka Among Projo. Yaitu, gong kecil untuk mengumpulkan masyarakat desa.
Setelah masyarakat berkumpul, Ki Priambodo membuka payung pusaka bernama Tunggul Rekso. Payung dan bendhe itu diarak berkeliling kampung sambil membaca salawat nabi. Arak-arakan berakhir di tempat acara hajatan (selamatan).
Konon, kedua benda pusaka itu hadiah dari Kanjeng Ngabehi Tumenggung Pusponegoro (bupati pertama Gresik pada 1617 Masehi). Jadi, pusaka bendhe dan payung itu sudah berumur ratusan tahun.
“Untuk menghormati Ki Pusponegoro yang makamnya ada di Kompleks Pemakaman Maulana Malik Ibrahim, hadiah itu kami pakai sebagai kelengkapan sedekah bumi,” ujar Ki Priambodo.
Menurut dia, tradisi sedekah bumi memang tidak lepas dari kegiatan spiritual. Sebelum acara Sabtu, warga berziarah ke makam leluhur masyarakat setempat, yaitu makam Kiai Ageng Betiring dan Makam Sunan Giri. Warga, khususnya yang laki-laki, berziarah ke makam setempat yang diberi nama kulahan. (roz)
Radar Gresik

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates